Sang pembawa damai di hati...
Goreskanlah damai di hati kami...
Ya Rabb...
Sang penebar rizki...
Karuniakanlah anugrah-Mu yang suci...
Kita mungkin memang tak sehebat penulis Ayat-ayat Cinta, tak pula sekece penulis Rumah Tanpa Jendela. Tapi bisa menorehkan tinta, merangkai goresannya, merajut kata dan persaudaraan, sungguh sudah cukup kita labelkan diri ini pejuang berpedang tinta. Jihad di jalan ALLAH, amal yang paling dicintai-Nya setelah sholat pada waktunya dan berbakti pada ibu bapak.
Lihatlah, rumput-rumput kesedihan menjadi bunga-bunga syukur lepas membaca sesuatu bernoda pena. Hati yang dongkol menjadi pol lepas menonton rajutan kata. Kepala yang penat menghembuskan semangat menyala lepas tinta menyapa. Sungguh bahagia menjadi pelipur hati yang rapuh. Begitulah, saudaraku.. Menulis untuk Ilahii, ALLAHu Rohiiim, dan dengan izin-Nya sang pena menginspirasi mata yang membaca.
Janji surga dari ALLAH untuk mereka yang beramal dengan berbagi, menularkan semangat dan ilmu.. Indahnya menulis, seindah harapan menggerayangi hati penghuni sang bumi. Indahnya menulis, seindah harapan mati tapi tak jejaknya tak ikut menepi. Indahnya menulis, seindah harapan menapaki jalan-jalan syurga yang dijanjikan Ilahi Robbii, ALLAH Yang Menciptakan tangan ini.
“… Demi pena dan apa yang dituliskannya.” (QS. Al Qalam : 1)
